SEJARAH
PERKEMBANGAN PSIKOLOGI AGAMA
Untuk menetapkan secara pasti kapan
psikologi agama mulai dipelajari memang terasa agak sulit. Baik dalam kitab
suci, maupun sejarah tentang agama- agama tidak terungkap secara jelas mengenai
hal itu. Namun demikian, walaupun tidak secara lengkap, ternyata permasalahan
yang menjadi ryuang lingkup kajian psikologi agama banyak dijumpai baik melalui
informasi kitab suci agama maupun sejarah agama.
Berdasarkan sumber Barat, para ahli
psikologi agama menilai bahwa kajian mengenai psikologi agama mulai popular
sekitar abad ke 19 . Sekitar masa itu psikolohi yang semakin berkembang
digunakan sebagai alat untuk kajian agama. KJajian semacam itu dapat membantu
pemahaman terhadap cara bertingkah laku, berpikir dan mengemukakan perasaan
keagamaan.
Karena itu, untuk menentukan dengan
pasti kapan agama itu mulai diteliti secara psikologis agak sukar, barangkali
tidak mungkin. Karena dalam agama itu sendiri sudah terkandung ilmu jiwa bahkan
sebagian besar dari ajaran agama merupakan bimbingan yang tidak dapat
dilepaskan dari kejiwaan.
Dapat dikatakan bahwa yang mula-mula
berani mengemukakan hasil penelitiannya secara ilmiah tentang agama adalah
adalah Frazer dan Taylor. Mereka membentangkan bermacam-macam agama primitif
dan menemukan persamaan yang sangat jelas antara berbagai bentuk ibadah pada
agam Kristen dan ibadah-ibadah orang-orang primitif, seperti pengorbanan karena
dosa warisan, hari kebangkitan dan sebagainya. Hhasil penelitian ini
membangkitkan perhatian para ahli untuk memandang agama sebagai suatu aspek
kehidupan manusia yang dapat diteliti dan dipelajari seperti aspek-aspek
lainnya dalam kehidupan manusia.
Berikut ini akan dikemukakan
beberapa ahli yang mempunyai peranan penting dalam sejarah pertumbuhan dan
perkembangan psikologi agama:
1.
Edwin Diller Starbuck
Dapat dikatakan bahwa gerakan baru
terhadap penelitian ilmiah dalam bidang Ilmu Jiwa Agama dimulai dengan tegas
pada tahun 1899 yaitu dengan keluarnya buku Starbuck pada tahun 1988 yang
berjudul “The psychology of Religion, an Empirical Study of the Growth of
Religious Consciousness” buku yang mengupas pertumbuhan perasaan agama pada
seseorang.
Starbuck merupakan murid dari
William James, akan tetapi ilmunya tentang Ilmu Jiwa Agama melampaui gurunya.
Sehingga dapat dikatakan perhatian James timbul dan berkembang karena hasil
karya muridnya.
2.
George Albert Coe
Dia menggunakan hypotis dalam
usahanya untuk mencari hubungan antara reaksi-reaksi agamis dengan watak
(temperamen). Bukunya terbit pada tahun 1900 dengan judul “The Spiritual Live”.
Dalam bukunya ia menekankan tentang konversi.
3.
James H Leuba
Ia termasuk orang yang pertama kali
meneliti agama dari segi ilmu jiwa. Ia mempunyai pandangan objektif, sehingga
ia berusaha keras untuk menjauhkan ilmu jiwa agama dari unsur-unsur
kepercayaan. Ia berpendapat bahwa tidak ada gunanya mendefinisikan agama,
karena itu hanya merupakan kepandaian orang bersilat lidah.
Pendapatnya pernah dimuat di dalam
The Monist vol. XI Januari 1901 dengan judul “Introduction to a
Psychological Study of Religion”. Kemudian pada tahu 1912 diterbitkannya
buku dengan judul “A Psychological Study of Religion”.
4.
Stanley Hall
Stanley hall juga menggunakan
cara-cara yang sama dengan Leuba dalam menerangkan fakta-fakta agamis, yaitu
dengan tafsiran materaialistis. Dalam penelitiannya terhadap remaja-remaja pada
tahun 1904, ditemukan persesuaian antara pertumbuhan jiwa agama pada tiap
individu, dengan pertumbuhan emosi dan kecenderungan terhadap jenis lain. Maka
umur dimana jiwa mulai terbuka untuk cinta, maka pada umur itu pulalah timbul
perasaan-perasaan agama yang ekstrim. Pendapat-pendapatnya tersebut terdapat
dalam bukunya “Adolescence”, vol II ch. XIV dan “Jesus the Christ”,
1917.
5.
William James
Karyanya dalam ilmu jiwa agama
adalah “The Varieties of Religion Experience”. Karya nya tersebut
memberikan semangat banyak ahli dalam mengadakan penelitian-penelitian di
bidang ilmu jiwa agama. Pada tahun 1904 mulai terbit majalah “The Journal of
Religious Psychology” dan The American Journal of Religious Psychology and
Education” yang berlangsung sampai tahun 1915.
James berpendapat bahwa seorang ahli
jiwa akan dapat meneliti dorongan-dorongan agama pada seseorang seperti
mempelajari dorongan-dorongan jiwa lainnya dalam konstruksi pribadi orang
tersebut. Hanya saja James menghidangkan bahan-bahan ilmiah yang berharga itu,
sekedar bersifat deskriptif saja.
6.
George M. Stratton
Pada tahun 1911 terbit buku “Psychology
of Religious Life” yang ditulis oleh George M. Stratton. Pendapat yang
dikemukakannya cukup menarik perhatian, dimana ia berpendapat bahwa sumber
agama adalah konflik jiwa dalam diri individu.
7.
Fluornoy
Pada tahun 1901 Fluornoy berusaha
mengumpulkan semua penelitian psikologis yang pernah dilakukan terhadap agama,
sehingga dapat disimpulkannya cara-cara dan metode yang harus digunakan dalam
meneliti fakta-fakta tersebut. Diantara prinsip-prinsip yang harus digunakan
tersebut adalah:
a.
Menjauhkan penelitian dari Transcendance
b.
Prinsip mempelajari perkembangan
c.
Prinsip perbandingan
d.
Prinsip dinamika
8.
James B. Pratt
James B Pratt menerbitkan bukunya “The
Religious Consciousness” pada tahun 1920. Walaupun sebenarnya ia adalah
guru besar dalam ilmu filsafat.
9.
Rudolf Otto
Di Jerman terbit pula buku “Das
Heilige” oleh Rudolf Otto yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
tahun 1923. Yang terpenting dalam buku itu adalah pengalaman-pengalaman
psikologis dari pengertian kesucian, yang diambilnya sebagai pokok dalam hal
ini adalah sembahyang. Buku yang cukup menarik untuk zamannya.
10. Pierre Bovet
Pada tahun 1918 ia adalah mahasiswa
di Akademi “J.J Rousseou”, bahwa ia mengadakan penelitian terhadap
dokumen-dokumen yang ada padanya sehingga hasilnya dikumpulkan dalam suatu buku
yang berjudul “Le Sentiment Religieux et la Psychologie de L’Enfart”.
Di tanah air sendiri tulisan
mengenai psikologi agama ini baru dikenal sekitar tahun 1970 an yaitu oleh
Prof. Dr. Zakiah Daradjat. Ada sejumlah buku yang beliau tulis untuk
kepentingan. Buku pegangan bagi mahasiswa di lingkungan IAIN. Diluar itu,
kuliah mengenai psikologi agama juga sudah diberikan, khususnya di fakultas
tarbiyah oleh Prof. Dr. A. Mukti Ali dan Prof. Dr . Zakiah Daradjat sendiri. Kedua
orang ini dikenal sebagai pelopor pengembangan psikologi agama di IAIN di
Indonesia.
Sejak menjadi disiplin ilmu yang
berdiri sendiri, perkembangan psikologi agama dinilai cukup pesat, dibandingkan
usianya yang masih tergolong muda. Hal ini antara lain disebabkan, selain
bidang kajian psikologi agama menyangkut kehidupan manusia secara pribadi,
maupun kelompok, bidang kajiannya juga mencakaup permasalahan yang menyangkut
perkembangan usia manusia.
Tampaknya, para ilmuwan dan agamawan
yang semula berselisih pendapat mengenai psikologi agama, kini seakan menyatu
dalam kesepakatan yang tak tertulis, bahwa dalam kehidupan modern ini, peran
agama menjadi kian penting. Dan pendekatan psikologi agama dapat diguanakan
dalam bentuk memecahkan berbagai problema – problema kehidupan yang dihadapi
manusia sebagai makhluk yang memiliki nilai – nilai peradaban dan nilai moral.
No comments:
Post a Comment