Maestro BK Indonesia

Maestro BK Indonesia
Prof. Dr. Prayitno, M.Sc.Ed, beliau merupakan maestro BK Indonesia. Beliau menghibahkan seluruh hidupnya untuk kemajuan BK, sehingga dapat kita nikmati dan tekuni ilmunya sampai saat ini.

Friday, September 28, 2012

POLA ASUH YANG SALAH MEMBENTUK KEPRIBADIAN YANG SALAH KAPRAH BUAT ANAK.


POLA ASUH YANG SALAH MEMBENTUK KEPRIBADIAN YANG SALAH KAPRAH BUAT ANAK.
            Masa anak – anak adalah masa dimana pola pikir anak masih satu arah, jika sedang bermain maka hanya bermainlah yaang senang dilakukannya, terkadang apabila diganggu kesenangannya maka dia pun akan berontak, menangis, itulah yang dilakukannya.
            Setiap anak merupakan anugerah cerdas dari sang ilahi, ia sebagai penggembira bagi mereka yang kesepian, penyejuk dikala kelelahan, penyemangat dikala putus asa, obat dikala menderita sakit.
            Namun yang menjadi masalah yang sangat krusial dan mendasar adalah ketika malah sebaliknya yang terjadi, anak dianggap sebagai penggangu,anak sebagai sumber kesusahan, dan hal – hal negatif lainnya.
            Sebenarnya untuk menjawab masalah yang kita anggap krusial itu diperlukan pemikiran dan pemahaman yang sederhana, kita harus pahami bahwa apa yg terjadi pada  anak itu adalah sepenuhnya adalah tanggung jawab orang tua. Teori tabularasa yang sering digunakan oleh ahli pendidikan sebenarnya cukup bisa menjadi batu pijakan berpikir, bahwa anak itu adalah seperti kertas putih yang bersih, tinggal bagaimana orang tua ingin menuliskan apa yg ingin dituliskannya, meskipun harus kita sadari bahwa aspek minat dan bakat juga ada di dalam diri sang anak.
            Sejalan dengan teori tabularasa itu bahwa jauh lebih dahulu Islam memandang lebih  mendasar lagi, hadis nabi menyatakan bahwa tergantung kepada orang tuannya lah ingin menjadikan anak itu, muslim, nasrani, ataupun majusi. Dapat dipahami bahwa aspek yang utama dalam Islam adalah tauhid yang utama menjadi hal yang mendasar yang harus diperkenalkan oleh orang tua, ketika untuk aspek ini saja sudah salah maka akan salah lah untuk kedepannya.
            Generasi islam seharusnya cepat tanggap dan sadar bahwa, apapun persoalan di dunia ini harus kembali kepada rujukannya yaitu Alquran dan Hadis. Yang menjadi problem sekarang adalah moral anak – anak, remaja, bahkan orang dewasa bukan semakin baik bahkan semakin buruk dan mengenaskan jika kita melihat dengan kacamata indrawi dan batin.
            Bertolak belakang sebenarnya dengan tujuan pendidikan, kita lihat di zaman sekarang dengan semakin banyak nya sekolah, semakin canggihnya teknologi, semakin banyaknya rumah ibadah seharusnya harus vertikal dengan kemajuan akhlak dan moral anak bangsa, namun yang terjadi malah sebaliknya.
            Disinilah sebenarnya masalah dan disitu pula lah tempat dan akar penyelesainnya, ya keluarga, keluarga sebagai suatu aspek dominan yang kan membentuk pola ,corak laku dari anak memberikan kontribusi yang luar biasa bagi anak. Sebagai contoh yang sederhana, anak tahu mengucapkan mama, ayah, ya dari ibunya yang selalu mengajarinya untuk mengucapkan itu, seandainya saja ibu selalu mengucapkan namanya tanpa bertutur mama, maka sang anak dipastikan akan memanggil nama.
            Siapapun tentu mengetahui dan sadar akan mengatakan bahwa pola asuh yang dilakukannya sudah benar, namun kenyataan yang didapat bertolak belakang dengan hasil dari anak. Hasil yang baik tidak akan didapat dari niat dan proses yang tidak baik. Namun dalam hal ini kita yakin bahwa niat setiap orang tua semuanya bagus dan luar biasa, terkadang proses dalam mendidik itulah yang salah dan agak keliru. Anak tidak akan membangkang jika dia tidak pernah tahu dan melihat cara membangkan, anak tidak akan tahu apa itu berbohong kalau dia tidak pernah melihat orang berbohong, anak tidak akan tahu memaki kalau dia tidak pernah mendengar makian, anak tidak akan berhati kasar jika ia tidak pernah merasakan perlakuan yang tidak ikhlas.
            Oleh sebab itu yang menjadi akar masalahnya adalah pola asuh nya. Oleh sebab itu sebagai orang tua dan kaum pendidik lainnya, ketika melihat ada yang salah dalam tingkah laku anak janganlah kita langsung men judge bahwa itu salah si anak, mari kita sama – sama instropeksi diri, karena harus kita pahami semua orang itu adalah cenderung kepada kebaikab begitu juga dengan anak, tinggal bagaimana kita sebagai orang tua dan guru menuntun nya ke arah yang baik itu.

KONSELING PSIKOANALISA KLASIK (KOPSAK)


KONSELING PSIKOANALISA KLASIK (KOPSAK)
A.    Pengantar KOPSAK
Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi, berorientasi untuk berusaha  membantu  individu untuk mengatasi ketegangan psikis  yang bersumber  pada  rasa  cemas dan rasa terancam yang berlebih-lebihan  (anxiety) sehingga menggangu dalm proses perkembangan individu. Psikoanalisis klasik ini merupakan sebuah teori yang ditemukan oleh Sighmund Freud pakar psikologi yang merupakan pijakan awal bagi terbentukny teori – teori baru yang semua merupakan berasal dari dasar, pendalaman, kritik dan saran bagi teori ini.
B. Asumsi Tentang Manusia
·         Manusia dideterminasi oleh kekuatan – kekuatan irasional, motivasi – motivasi tak sadar, kebutuhan biologis, naluriah dan instink – instinknya.
·         Masa lampau yang mempengaruhi terhadap tingkah laku individu itu sendiri.
·         Tingkah laku individuditentukan oleh faktor intrapsikis, interpersonal, dan psikis determinisme.
C. Tingkat kesadaran.
·         kesadaran
·         Ambang kesadaran,.
·         Ketidaksadaran,
·         Kecemasan, yaitu suatu keadaan tegang yang memotivasi untuk berbuat sesuatu.
D. Struktur Kepribadian
·         Id, sistem dasar kepribadian, yang berisi nafsu, yang hanya breujung pemuasan saja, bisa dikatakan sifat hewani manusia.
·         Ego adalah penghubung dunia nyata antara id dan super ego.
·         Superego adalah kontrol diri terhadap id dan ego tersebut.
·         E. Perkembangan kepribadian Salah Suai
·         Disebabkan oleh tidak berfungsinya id, ego dan superego secara baik, proses belajar yang salah pada masa anak – anak, dan neurosis yang mengakibatkan timbulnya lingkaran setan.

E. Perkembangan kepribadian Salah Suai
Disebabkan oleh tidak berfungsinya id, ego dan superego secara baik, proses belajar yang salah pada masa anak – anak, dan neurosis yang mengakibatkan timbulnya lingkaran setan.

F. Tujuan dan Teknik KOPSAK
Tujuan:
  • Menjadikan hal-hal yang  tidak  disadari menjadi disadarinya.
  • Memberikan kesempatan kepada klien menghadapi situasi yang selama ini ia gagal mengatasinya.
  • Membantu klien menata kembali struktur watak dan kepribadian klien.
  • Rekonstruksi kepribadian.
Teknik KOPSAK terdiri atas: Asosiasi bebas, Penafsiran, Analisis Mimpi, Analisis dan penafsiran Resistensi, Analisis dan penafsiran Transferensi
G. kekuatan dan kelemahan KOPSAK
Kekuatan yaitu mampu memberikan rasa percaya diri pada klien, memahami ambang kesadaran dan ketaksadaran, menjadikan masa lalu pelajaran buat klien.
Kelemahan nya yaitu terlalu mengutamakan libido, terlalu berasumsi pada masa lampau tanpa memandang sedikitpun masa depan.
H.Analisis Kasus
Pendekatan teori KOPSAK sangat cocok digunakan bagi klien yang mengalami  kasus frustasi, rasa tertekan, Phobia dll.
I.       Defence Mekanisme
Penyangkalan, proyeksi, fiksasi, regresi, rasionalisasi, sublimasi, displacement, represi, formasi reaksi.







Monday, September 24, 2012

ASAS-ASAS BIMBINGAN KONSELING!

ASAS-ASAS BIMBINGAN KONSELING!
Bimbingan konseling merupakan sebuah ilmu yang berdiri sendiri dan dapat diharapkan menjadi sebuah profesi yang utuh sama seperti dokter, guru, apoteker, pengacara, dll. Oleh karena itu didalam praktek bimbingan konseling di kehidupan nyata maka diperlukan adanya aturan – aturan yang mengikat sehingga bimbingan dan konseling itu dapat diakui sebagai profesi yang benar – benar profesional, atau yang lazim disebut sebagai asas – asas vimbingan dan konseling. Dalam bimbingan dan konseling ada sekitar dua belas asas yaitu: asas kerahasiaan, asas kesukarelaan, asas keterbukaan asas kemandirian, asa kekinian, asas kegiatan, asas kedinamisan, asas keterpaduan, asas kenormatfan, asas keahlian, asas alih tangan kasus, asas tut wuri handayani.
1. Asas kerahasiaan Asas kerahasiaan adalah setiap perbincangan yang terjadi dalam praktek konseling di lapangan, maka konselor wajib menjaga segala aspek perbincangan itu, tidak boleh seorang konselor menceritakan apapun yang terjdi dalam koseling kepada siapapun, dengan asas ini klien tidak perlu khawatir untuk mencurahkan segala aspek permasalahan nya.
2. Asas kegiatan Asas kegiatan adalah bahwa bimbingan dan konseling adalah proses untuk encapai sebuah tujuan, oleh karena itu bimbingan dan konseling diakui sebagai sebuah usha dan kegiatan yang menunjang terhadap hal itu.
3. Asas kedinamisan Asas kedinamisan maksudnya adlah bahwa bimbingan dan konseling diharpakn memberikan dampak perubahan yang positif dalam diri klien, sehingga dalam setiap proses yang dilakukan selalu berlangsung sevara dinamis bukanlah statis, tidak monoton meskipun bimbingan dan konseling diakui sebagai profesi yang profesional, bimbingan dan konseling juga memiliki berbagai tekhnik – tekhnik yang banyak yang digunakan sesuai dengan kebutuhan klien.
4. Asas keterpaduan Asas keterpaduan adalah bahwa konselor dalam praktek konseling harus menyadari bahwa klien memiliki masalalh, yang tentu berkaitan dengan masa lalu dan sekarang, oleh karena itu konselor harus dapat memahai itu secara luas, agar pelaksanaan konseling berjalan dengan baik, dengan memadukan segala aspek – aspek diri klien.
5. Asas kenormatifan Asas kenormatifan maksudnya adalah bahwa bimbingan dan konseling itu harus memperhatikan aspek – aspek normatif yang berlaku dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Oleh karena itu aspek norma – norma agama, sosial masyrakat baik itu adat istiadat merupakan sebuah ukuran keprofesionalan sebuah profesi bmbingan konseling.
6. Asas kekinian Asas kekinian adalah dalam proses bimbingan dan konseling, maka masalah yang diutrakan klien adalah masalah yang up to date bukan past , bukan pula masalh yang mungkin akan datang (future), seharusnya adalah masa yang sekarang (present).
7. Asas kemandirian Asas kemandirian maksudnya ialah bahwa proses bimbingan konseling adalah sebuah proses yang berdiri sendiri, dan diharpakan juga dapat memandirikan klien, yang merupakan salah satu tujuan konseling. Mandiri dalam segala aspek baik itu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi ataupun mandirinya klien dalam menghdapi setiap masalah – masalah yangakan dihadapinya.
 8. Asas kesukarelaan Asa kesukarelaan maksudnya adalah bahwa seorang klien harus benar – benar datang kepada konselor ingin menyelesaikan masalahnya benar – benar dari lubuk hati yang paling dalam, kalau pun klien datang atas desakan orang lain oleh sebeb itu klien harus mampu terlebih dahulu menyadarkan klien agar bersifat sukarela.
9. Asas keterbukaan Asas keterbukaan maksudnya adalah bahwa dalam proses bimbingan dan konseling diharapkan untuk memperlancar kegiatan, maka baik konselor maupun klien harus terbuka, konselor harus terbuka bahwa ia telah siap melakukan konseling, sedangkan klien harus terbuka atas segala keluhan masalah yang ada di dalam hatinya.
10. Asas keahlian Asas keahlian maksudnya adalah bahwa dalam pelaksanaan bimbingan konseling harus dilaksanakn oleh konselor yang ahli dan profesionalitas, baik dari segi pendidikan akademik, maupun dari sudut pandang pengalaman.
11. Asas alih tangan kasus Asas alih tangan kasus maksudnya adalah ketika konselor merasa telah memberikan segala daya upaya kemampuannya namun klien belum juga merasa permasalahannya, oleh krena itu konselor boleh memberi saran kepada klien, apakh ingin melanjutkn konseing dengannya atau konselor bisa memberi sarean dengan konselor lain, atau dengan profesi lain misal psikolog, psikiater, maupu dokter, kika konselor menganggap permasalahyn itu sudah bukan ranah konseling lagi.
12. Asas tut wuri handayani Asas tut wuri handayani maksudnya adalah terciptany hubungan yang elegan dan umum antara konselor dan klien, baik dalam pelaksanaan konseling ataupun diluar konseling.

Friday, June 22, 2012

SEBENTAR LAGI DAN TAK LAMA LAGI




Hari – hari berlalu begitu cepat, tak terasa sebentar lagi? Ya, itulah kata yang patut harus diingat oleh setiap hamba. Sebentar lagi bukanlah lama lagi. Sebentar lagi wisuda, sebentar lagi bekerja, sebentar lagi menikah, sebentar lagi punya keluarga, sebentar lagi jadi orang sukses, dan yang paling terakhir yang pasti akan kita hadapi adalah sebentar lagi kita akan menutup mata untuk selama – lamanya, kembali ke pangkuan Ilahi.
            Sederhananyalah sebenarnya hidup ini diantara adzan dan sholat. Ketika kita lahir di adzankan oleh ayah, ketika meninggal kita disholatkan, itupun kalau ada orang yang mau menyolatkan kita. Tergantung kepada kita lah ingin menorehkan tinta apa buat hidup kita ini, maka pada akhirnya bukanlah mulut kita yang berbicara hasil tulisan kita itulah yang akan dibaca oleh orang lain dan Allah swt tentunya.
            Maknai lah hidup yang sederhana ini dengan luar biasa dan sebaik mungkin, tetaplah menjadi yang terbaik, bahagiakan diri dan keluarga bersama memberi inspirasi dan kebahagiaan buat orang lain.
Inspirasi pada 24 mei 2012 ,kamis pkl 08.30 wib.

Monday, June 18, 2012

sejarah perkembangan psikologi agama


SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI AGAMA
            Untuk menetapkan secara pasti kapan psikologi agama mulai dipelajari memang terasa agak sulit. Baik dalam kitab suci, maupun sejarah tentang agama- agama tidak terungkap secara jelas mengenai hal itu. Namun demikian, walaupun tidak secara lengkap, ternyata permasalahan yang menjadi ryuang lingkup kajian psikologi agama banyak dijumpai baik melalui informasi kitab suci agama maupun sejarah agama.
            Berdasarkan sumber Barat, para ahli psikologi agama menilai bahwa kajian mengenai psikologi agama mulai popular sekitar abad ke 19 . Sekitar masa itu psikolohi yang semakin berkembang digunakan sebagai alat untuk kajian agama. KJajian semacam itu dapat membantu pemahaman terhadap cara bertingkah laku, berpikir dan mengemukakan perasaan keagamaan.
Karena itu, untuk menentukan dengan pasti kapan agama itu mulai diteliti secara psikologis agak sukar, barangkali tidak mungkin. Karena dalam agama itu sendiri sudah terkandung ilmu jiwa bahkan sebagian besar dari ajaran agama merupakan bimbingan yang tidak dapat dilepaskan dari kejiwaan.
Dapat dikatakan bahwa yang mula-mula berani mengemukakan hasil penelitiannya secara ilmiah tentang agama adalah adalah Frazer dan Taylor. Mereka membentangkan bermacam-macam agama primitif dan menemukan persamaan yang sangat jelas antara berbagai bentuk ibadah pada agam Kristen dan ibadah-ibadah orang-orang primitif, seperti pengorbanan karena dosa warisan, hari kebangkitan dan sebagainya. Hhasil penelitian ini membangkitkan perhatian para ahli untuk memandang agama sebagai suatu aspek kehidupan manusia yang dapat diteliti dan dipelajari seperti aspek-aspek lainnya dalam kehidupan manusia.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa ahli yang mempunyai peranan penting dalam sejarah pertumbuhan dan perkembangan psikologi agama:
1.      Edwin Diller Starbuck
Dapat dikatakan bahwa gerakan baru terhadap penelitian ilmiah dalam bidang Ilmu Jiwa Agama dimulai dengan tegas pada tahun 1899 yaitu dengan keluarnya buku Starbuck pada tahun 1988 yang berjudul “The psychology of Religion, an Empirical Study of the Growth of Religious Consciousness” buku yang mengupas pertumbuhan perasaan agama pada seseorang.
Starbuck merupakan murid dari William James, akan tetapi ilmunya tentang Ilmu Jiwa Agama melampaui gurunya. Sehingga dapat dikatakan perhatian James timbul dan berkembang karena hasil karya muridnya.
2.      George Albert Coe
Dia menggunakan hypotis dalam usahanya untuk mencari hubungan antara reaksi-reaksi agamis dengan watak (temperamen). Bukunya terbit pada tahun 1900 dengan judul “The Spiritual Live”. Dalam bukunya ia menekankan tentang konversi. 
3.      James H Leuba
Ia termasuk orang yang pertama kali meneliti agama dari segi ilmu jiwa. Ia mempunyai pandangan objektif, sehingga ia berusaha keras untuk menjauhkan ilmu jiwa agama dari unsur-unsur kepercayaan. Ia berpendapat bahwa tidak ada gunanya mendefinisikan agama, karena itu hanya merupakan kepandaian orang bersilat lidah.
Pendapatnya pernah dimuat di dalam The Monist vol. XI Januari 1901 dengan judul “Introduction to a Psychological Study of Religion”. Kemudian pada tahu 1912 diterbitkannya buku dengan judul “A Psychological Study of Religion”.  
4.      Stanley Hall
Stanley hall juga menggunakan cara-cara yang sama dengan Leuba dalam menerangkan fakta-fakta agamis, yaitu dengan tafsiran materaialistis. Dalam penelitiannya terhadap remaja-remaja pada tahun 1904, ditemukan persesuaian antara pertumbuhan jiwa agama pada tiap individu, dengan pertumbuhan emosi dan kecenderungan terhadap jenis lain. Maka umur dimana jiwa mulai terbuka untuk cinta, maka pada umur itu pulalah timbul perasaan-perasaan agama yang ekstrim. Pendapat-pendapatnya tersebut terdapat dalam bukunya “Adolescence”, vol II ch. XIV dan “Jesus the Christ”, 1917. 
5.      William James
Karyanya dalam ilmu jiwa agama adalah “The Varieties of Religion Experience”. Karya nya tersebut memberikan semangat banyak ahli dalam mengadakan penelitian-penelitian di bidang ilmu jiwa agama. Pada tahun 1904 mulai terbit majalah “The Journal of Religious Psychology” dan The American Journal of Religious Psychology and Education” yang berlangsung sampai tahun 1915.
James berpendapat bahwa seorang ahli jiwa akan dapat meneliti dorongan-dorongan agama pada seseorang seperti mempelajari dorongan-dorongan jiwa lainnya dalam konstruksi pribadi orang tersebut. Hanya saja James menghidangkan bahan-bahan ilmiah yang berharga itu, sekedar bersifat deskriptif saja.  
6.      George M. Stratton
Pada tahun 1911 terbit buku “Psychology of Religious Life” yang ditulis oleh George M. Stratton. Pendapat yang dikemukakannya cukup menarik perhatian, dimana ia berpendapat bahwa sumber agama adalah konflik jiwa dalam diri individu.
7.      Fluornoy
Pada tahun 1901 Fluornoy berusaha mengumpulkan semua penelitian psikologis yang pernah dilakukan terhadap agama, sehingga dapat disimpulkannya cara-cara dan metode yang harus digunakan dalam meneliti fakta-fakta tersebut. Diantara prinsip-prinsip yang harus digunakan tersebut adalah:
a.      Menjauhkan penelitian dari Transcendance
b.      Prinsip mempelajari perkembangan
c.       Prinsip perbandingan
d.      Prinsip dinamika  
8.      James B. Pratt
James B Pratt menerbitkan bukunya “The Religious Consciousness” pada tahun 1920. Walaupun sebenarnya ia adalah guru besar dalam ilmu filsafat.  
9.      Rudolf Otto
Di Jerman terbit pula buku “Das Heilige” oleh Rudolf Otto yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris tahun 1923. Yang terpenting dalam buku itu adalah pengalaman-pengalaman psikologis dari pengertian kesucian, yang diambilnya sebagai pokok dalam hal ini adalah sembahyang. Buku yang cukup menarik untuk zamannya.  
10.  Pierre Bovet
Pada tahun 1918 ia adalah mahasiswa di Akademi “J.J Rousseou”, bahwa ia mengadakan penelitian terhadap dokumen-dokumen yang ada padanya sehingga hasilnya dikumpulkan dalam suatu buku yang berjudul “Le Sentiment Religieux et la Psychologie de L’Enfart”.
            Di tanah air sendiri tulisan mengenai psikologi agama ini baru dikenal sekitar tahun 1970 an yaitu oleh Prof. Dr. Zakiah Daradjat. Ada sejumlah buku yang beliau tulis untuk kepentingan. Buku pegangan bagi mahasiswa di lingkungan IAIN. Diluar itu, kuliah mengenai psikologi agama juga sudah diberikan, khususnya di fakultas tarbiyah oleh Prof. Dr. A. Mukti Ali dan Prof. Dr . Zakiah Daradjat sendiri. Kedua orang ini dikenal sebagai pelopor pengembangan psikologi agama di IAIN di Indonesia.
            Sejak menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri, perkembangan psikologi agama dinilai cukup pesat, dibandingkan usianya yang masih tergolong muda. Hal ini antara lain disebabkan, selain bidang kajian psikologi agama menyangkut kehidupan manusia secara pribadi, maupun kelompok, bidang kajiannya juga mencakaup permasalahan yang menyangkut perkembangan usia manusia.
            Tampaknya, para ilmuwan dan agamawan yang semula berselisih pendapat mengenai psikologi agama, kini seakan menyatu dalam kesepakatan yang tak tertulis, bahwa dalam kehidupan modern ini, peran agama menjadi kian penting. Dan pendekatan psikologi agama dapat diguanakan dalam bentuk memecahkan berbagai problema – problema kehidupan yang dihadapi manusia sebagai makhluk yang memiliki nilai – nilai peradaban dan nilai moral.