Maestro BK Indonesia

Maestro BK Indonesia
Prof. Dr. Prayitno, M.Sc.Ed, beliau merupakan maestro BK Indonesia. Beliau menghibahkan seluruh hidupnya untuk kemajuan BK, sehingga dapat kita nikmati dan tekuni ilmunya sampai saat ini.

Tuesday, October 28, 2014

MEMAHAMI BAGAIMANA INDIVIDU BERPIKIR DAN BELAJAR



BAB I
PENDAHULUAN
            Manusia sebagai makhluk yang telah diciptakan oleh Allah Swt, dengan sempurna, sebagai khalifah di muka bumi. Manusia hadir dalam rangka menjadi pembawa kebenaran, oleh sebab itu dalam melaksanakan dan menjalankan kehidupan manusia tidak akan pernah terlepas dari yang namanaya berpikir. Berpikir akan membuat manusia semakin kaya, kaya akan keinginan, kaya akan pengetahuan, maupun kaya akan pengalam.
            Namun, sesungguhnya berpikir saja tidakah cukup, para filosof Yunani terdahulu mengembangkan pemikiran yang radikal dalam rangka menemukan ilmu pengetahuan, itlah yang kita kenal dengan filsafat. Berpikir secara langsung akan menuntun kita untuk belajar, dengan belajar pikiran-pikiran yang ada di dalam otak akan segera teraktualisasaikan. Oleh sebab itu pada pemabahasan kali ini akan coba digali bagaimana sebenarnya individu dalam berpikir dan belajar. Konsepnya akan dikaji melalui sejarah, mulai dari pendekatan filsafat sampai kepada pendekatan psikologis, sehingga akan lebih memperkaya khasanah keilmuan.



















BAB II
MEMAHAMI BAGAIMANA INDIVIDU BERPIKIR DAN BELAJAR
            Berpikir merupakan salah satu kelebihan manusia yang diciptakan Allah Swt, dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Dengan kelebihan tersebut diharapkan Individu mampu menunjukkan eksistensinya yang mulia di muka bumi ini. Berpikir memang selalu kita ucapkan, namun hakukat sesungguhnya berpikir itu masih sangat sulit untuk kita pahami. Bagaiman berpikir itu, Jogh Dewey mengatakan “tidak ada kata-kata yang sering keluar dari bibir kita selain daripada berpikir dan berpikir. Pendapat tersebut merupakan pendapat yang sudah lama, namun masih terasa benar jika digunkan pada zaman sekarang ini. Berpikir sering kita lakukan namun ternyata sulit untuk mendefinisikannya. Oleh sebab itutujuan dari bab ini untuk memahami individu berpikir. Berpikir akan mendorong rasa ingin tau yang tinggi dari individu sehingga mendorongnya untuk kemudian belajar akan ketidaktahuannya. Pada bab ini akan dibahas mulai dari ingatan dan dasar fungsi ingatan, sejarah perspektif berpikir, pandangan modern tentang berpikir, kemudian dilanjutkan dengan Belajar, dan yang terakhir dua pendekatan yang sangat berbeda bagaimana individu  dalam belajar.
A.    Hakekat Berpikir
Berfikir mengacu kepada proses yang terselubung (covert process), tidak dapat diaamati secara langsung. Berfikir merupakan sesuatu yang ditafsirkan oleh ahli psikologi dari perilaku seseorang, tidak langsung terlihat. Secara umum, berfikir mengacu kepada kegiatan terselubung yang mencakup manipulasi simbol. Pada manusia, sebagian besar dari simbol tersebut adalah bahasa dan konsep.
Anda dapat melihat proses berpikir secara langsung pada saat anda melihat anak-anak bermain, berusaha untuk menyusun beberapa objek. Pada setiap tahap ia berhenti sejenak, sebelum melanjutkan penyusunan mainan tersebut. Pada saat itu ia sedang dalam proses berpikir untuk memutuskan apa yang harus dilakukan pada langkah berikutnya. Setelah berhenti sejenak ia kembali menyusun lagi dengan mengikuti langkah baru sampai tahap tersebut selesai. Pada saat istirahat sejenak inilah anak-anak diasumsikan sedang berpikir.
Seperti perilaku yang tidak terselubung, berfikir mempunyai rentangan dari yang sangat sederhana sampai yang sangat kompleks. Pada tingkat yang paling sederhana, berfikir mencakup proses lebih kurang membuat asosiasi terhadap beberapa kategori konseptual. Jika seseorang menyebutkan “transportasi”, secara spontan otak kita akan mengasosiasikan “mobil”, “bus”, “kereta api”, “pesawat terbang”, dan lain-lain. Namun, bila seseorang bertanya apakah lebih murah biaya dari Chicago ke Los Angeles dengan pesawat terbang, jawaban anda akan memakan waktu yang lebih lama dan tergantung kepada berbagai pertimbangan dan perhitungan. Anda akan memperhitungkan biaya makan kalo pakai kereta api, tiket pesawat, dan tiket kereta dan lain-lain.
Istilah berfikir mengacu keberbagai jenis situasi, mulai dari memutuskan, menggambarkan, dan merencanakan dan mengorganisir. Namun demikian, kita dapat menafsirkan bahwa proses berfikir telah terjadi bila kita telah melihat sebuah hasil, tanpa menghiraukan apakah hasilnya benar atau salah. Yang pelu kita perhatikan, perubahan dalam tingkah laku yang berkaitan dengan suatu kondisi tertentu, seperti perintah untuk melakukan sesuatu.
Menurut kaum Fungsionalist memandang berpikir sebagai suatu proses penguatan hubungan antara stimulus dan respons. Diantaranya ada yang mengemukakan bahwa berpikir merupakan suatu kegiatan psikis untuk mencari hubungan antara dua objek atau lebih. Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory. Jadi, berpikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item (Khodijah, 2006:117). Solso (1998 dalam Khodijah, 2006:117) berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah.
Dari pengertian tersebut tampak bahwa ada tiga pandangan dasar tentang berpikir, yaitu (1) berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku, (2) berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif, dan (3) berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi.
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian.
Kita berpikir dalam menghadapi dan memahami berbagai situasi atau kenyataan agar dapat memutuskan (decide), membayangkan (figure), menyelesaikan (work), mengatur (organize), merencanakan (plan). Semua kegiatan tersebut, secara umum, dapat dikatakan sebagai menarik kesimpulan tentang obyek.
Berpikir juga erat kaitannya dengan kognisi, kognisi juga erat kaitannya dengan memori, memori disini lebih dari sekedar penyimpanan pengetahuan secara pasif, memori adalah tempat informasi yang selalu diasosiasikan dan dihubungkan sebagai tempat penyimpanan informasi. Beberapa konsep yang pengting dalam kognisi antara lain:
1.      Memori
2.      Kekuatan mental.
3.      Kemampuan khusus kognitif
4.      Kemampuan eksekutif
5.      Metakognisi
Itulah berbagai fungsi dari ingatan sehingga akan mempermudah individu dalam hakikatnya sebagai makhluk yang berpikir.
B.     Berpikir dalam Pandangan Modern: Perubahan dari Filsafat ke Psikologi
Berpikir merupakan sebuah proses yang rumit, namun manusia secara tuntutan harus selalu berpikir. Mengenai pandangan modern terhadap berpikir, akan mengarah kepada dua perspektif. Mulai dari perspektif filsafat yang berasumsi bahwa manusia adalah makhluk berpikir, penuh dengan keingintahuan, ini dibuktikan dengan para filosof Yunani terdahulu yaitu Plato, Sokrates, Aristoteles dan sebagainya.adapaun beberapa perspektif utama tentang berpikir antara lain.
1.       Perspektif Behavior
Behavioristik mulai mendominasi mulai pertengahan pertama abad ke 20. Penganut behavioristik memandang bahwa manusia adalah seperti kertas putih. Adapun tokoh-tokohnya adalah Pavlov (1800-1950), Thorndike (1874-1949), and Watson (1878-1958).
2.      Perspektif Kognitif
Mulai perang dunia II, erspektif psikologis telah berpindah dari behavioris ke arah bagaimana orang berpikir. Perspektif ini disebut kognitif. Dengan perspektif ini, proses mental dapat diidentifikasi dengan belajar. Perspektif kognitif memandang manusia bisa berpikir lebih komplex jika diibaratkan manusia bisa melebihi sebuah komputer dengan sistem yang lengkap.Betapa besarnya pengaruh perspektif kognitif. Dasar dari kognitif ini dibangun oleh kerja para pakarnya seperti Vygotsky (1896-1934), Dewey, Piaget (1896-1990) dan Brunner (1915).
Meskipun perspektif behavioristik dan kognitif telah dahulu mendominasi kemudian lahirlah perspektif lainnya yang dipengaruhi oleh pandangan individu tentang berpikir. Perspektif itu adalah konstruktivisme dan postmodern.
3.      Belajar
Sama halnya seperti berpikir, belajar merupakan perubahan yang akan terjadi dalam diri individu. Proses belajar merupakan sebuah proses jangka panjang yang membentuk pribadi individu tersebut. Belajar dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mau menjadi mau itulah sebenarnya hakikat belajar dari individu. Oleh sebab itu dalam belajar juga ada dua pedekatan utama dan sangat berbeda antara keduanya jika dilihat dari kacamata psikologi yaitu perspektif behavior dan perspektif kognitif.
1.      Pendekatan behavior dalam belajar
Para penganut perspektif behavior mendefenisikan belajar adalah perubahan tingkah laku juga pengalaman dan bisa diukur (Ormrod, 2009, Driscoll, 2004, Burton, Moore & Magliaro, 2004. Behavioral memandang bahwa belajar adalah proses pengubahan tingkah laku melalui belajar pembiasaan, antara lain pembiasaan klasik dan pembiasaan operan yang dikembangkan oleh Pavlov.
 Pembiasaan klasik merupakan prosedur klasik yang mengacu pada satu set prosedur pelatihan di mana satu rangsangan yang datang untuk menggantikan yang lain dalam membangkitkan respons. Prosedur ini dikembangkan oleh Pavlov dalam sebuah laboratorium terhadap anjing yang diikat dalam kandangnya, kandang tersebut disediakan lubang kecil untuk mengecek air liur, sehingga dapat dikumpulkan dan dapat diamati. Eksperimen dilakukan tanpa dilihat oleh hewan dengan membunyikan garpu tala. Kemudian ditampilkan bubuk makanan kepada binatang itu. Dengan melihat makanan tersebut, secara otomatis binatang tersebut menanggapinya dengan air liurnya. Sedangkan suara garpu tala tidak mendapatkan respon oleh binatang tersebut.  Eksperimen ini dilakukan berulang-ulang, dan dengan adanya makanan tersebut, hewan tersebut selalu mengeluarkan air liurnya. Kemudian dibunyikan garpu, tanpa disuguhkan makanan dan anjing tetap mengeluarkan air liur.
Dengan demikian peristiwa yang pada awalnya netral, suara, diperoleh kapasitas untuk memperoleh tanggapan berdasarkan yang dipasangkan dengan makanan bubuk. Pavlov menyebutkan makanan sebagai stimulus yang tak terkondisi (Uncondotional Stimulus) atau UCS, bunyi garpu sebagai stimulus yang terkondisi (Condotional Stimulus) atau CS. Respon yang dikeluarkan berupa air liur saat disuguhkan makanan dinamakan sebagai respon yang tak terkondisi (Unconditional Response) atau CR, dan respon air liur yang dikeluarkan dengan hanya stimulus bunyi garpu sebagai respon terkondisi (Conditional Response) atau CR.
Eksperimen lain juga dilakukan dengan menyalakan lampu setiap kali ia memberikan makanan kepada anjing tersebut. Melihat makanan dan lampu dinyalakan, anjing tersebut selalu mengeluarkan air liaru dalam pembuluh dan ini dapat diamati secara langsung. Setelah sering dilakukan dan diulangi, akhirnya anjing tersebut tetap mengeluarkan air liur ketika lampu dihidupkan, walaupun tidak disugukan makanan.
          Pembiasaan operan, Bentuk pembiasaan kedua yaitu pembiasaan operant atau instrumental atau disebut dengan pembelajaran instrumental. Bentuk pembiasaan instrumental atau operant ini berkaitan dengan tingkah laku yang didukung dengan penguatan. Lebih lanjut menurut Pavlov bahwa organisme relatif pasif. Sehingga eksperimennya yang  bisa memutuskan kapan harus melaksanakan rangsangan dan menunggu respons dari organisme.
          Operant adalah sejumlah perilaku atau respons yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer merupakan stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak disengaja sebagai pasangan stimulus lainnya seperti classical conditioning.
          Skinner menggunakan seekor tikus yang ditempatkan dalam sebuah peti yang kemudian terkenal dengan naman Skinner Box. Peti sangkar ini terdiri atas dua macam komponen pokok, yaitu maniulandum dan alat pemberi reinforcement yang antara lain berupa wadah makanan. Maniulandum adalah komponen yang dapat dimanipulasi dan gerakannya berhubungan dengan reinforcement. Komponen ini terdiri atas tombol, batang teruji, dan pengungkit.
          Dalam eksperimen ini mula-mula tikus itu mengeksplorasi peti sangkat dengan cara lari ke sana ke mari, mencium benda-benda yang ada di sekitarnya, mencakar dinding dan sebagainya. Aksi-aksi seperti ini disebut emitted behavior atau tingkah laku yang terpancar, yakni tingkah laku yang terpancar dari organisme tanpa mempedulikan stimulus tertentu. Kemudian pada gilirannya, secara kebetulan salah satu emitted behavior (Seperti cakaran kaki depan atau sentuhan moncong) dapat menekan pengungkit. Tekanan pengungkit ini mengakibatkan munculnya butir-butir makanan dalam wadahnya. Butir-butir makanan yang muncul itu merupakan reinforcer bagi penekanan pengungkit. Penekanan pengungkit inilah disebut tingkah laku operant yang akan terus meningkat apabila diiringi dengan reinforcement, yakni penguatan berupa butir-butir makanan yang muncul pada wadah makanan.
          Perbandingan klasik dan instrumental (operant) menekankan pada antara kedua format terutama mengenai cara. Hal ini terlihat pada tabel berikut ini ;
No
Perbandingan
Pembiasaan Klasik
Pembiasaan Instrumen
1
Urutan Merespon Hadiah
UCS mendahului respons
Respon sebelum hadiah
2
Peranan Stimulus
Respon yang dihasilkan oleh stimulus yang khas
Tidak ada stimulus yng khas menghasilkan respons
3
Ciri-ciri respons
Respon dirangsang
Respon diungkapkan
4
Perubahan yang terlihat
Keefektifan stimulus netral sebelumnya terhadap pesona respons
Perubahan dalam frekwensi, kecepatan dan dorongan respons
5
Keterlibatan sistem saraf
Sering melibatkan sistem saraf otomatis
Seirng melibatkan sistem kejiwaan
6
Yang dipelajari
Emosi, seperti rasa takut, sikap dan perasaan
Tingkah laku instrumental atau pencapaian tujuan

2.      Pendekatan kognitif dalam belajar
Para penganut aliran kognitif percaya bahwa belajar tidak pasif namun dipengaruhi oleh peralatan dan kejadian-kejadian dan partisipasi aktif mereka (Ashcraft, 2002). Setiap individu membutuhkan proses dalam belajar, mereka aktif memilih, dalam rangka mencapai tujuan mereka (Woolfolk, 2004:236).
 Aliran konstruktivisme merupakan salah satu aliran yang mendukung pendekatan kognitif tersebut. Menurut Marzano (2000), konstruktivisme merujuk pada prinsip umum bahwa pembelajar menggunakan prioritas pengetahuan mereka untuk mengisi sebuah makna kepribadian dengan fokus pada pembelajaran.
4.      Aspek-aspek Pembelajaran
Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran, antara lain aspek kognitf, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Dalam taksonomi Bloom ketiga aspek tersebut disebut dengan domain.
1.      Domain Kognitif
Pada domain ini Bloom menggambarkan ada enam level yang menjadi fokusnya antara lain: pengetahuan, komprehensif, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Domain kognitif Bloom, Engelhart, Frost, Hill, and Krathwohl’s (1956)
Term
Defenisi
Evaluasi
Kemampuan untuk menilai dari tujuan tertentu
Sintesis
Kemampuan untuk menciptakan yang baru dari berbagai referensi
Analisis
Kemampuan untuk memecah bahan ke berbagai kom[onen dalam rangka untuk memahami struktur organisasi
Pemahaman
Pemahaman terhadap materi baru
Pengetahuan
Mengingat mataeri yang telah dipelajari sebelumnya

2.      Domain Afektif
Domain  ini berkaitan dengan respon emosional, dan levelnya adalah: penerimaan, respon,  penilaian, pengorganisasian, dan penilaian karakter.
Domain Afektif Krathwol, Bloom, dan Masia (1964)
Term
Defenisi
Nilai-nilai karakter
Bertindak secara terbuka dan konsisten dengan nilai baru, internalisasi nilai baru

Pengorganisasian
Mengintegrasikan nilai baru ke dalam satu set umum nilai-nilai, memberikan nilai beberapa rangking antara prioritas umum individu.

Penilaian
Menunjukkan beberapa keterlibatan eksplisit atau komitmen, menunjukkan minat atau motivasi

Tanggapan
Berprestasi aktif menunjukkan perilaku baru yang dihasilkan oleh pengalaman

Penerimaan
Memperhatikan lingkungan

3.      Domain psikomotor
Domain ini berkaitan dengan fisik, bakat dan keahlian.
Domain Psikomotor Simson (1972)
 persepsi  
Kemampuan untuk mengenali isyarat-isyarat sensoris untuk memandu aktivitas fisik  untuk bertindak
Set
Kemampuan untuk menunjukkan pengetahuan dan penghargaan dari perilaku yang dibutuhkan untuk melakukan keterampilan
Respon kendali
Kemampuan untuk untuk menampilkan  keterampilan yang kompleks: tahap awal

Mekanisme
Kemampuan untuk melakukan keterampilan yang kompleks: skill menengah

Respon kompleks terbuka
Kemampuan untuk melakukan keterampilan yang kompleks dengan benar dan tanpa ragu-ragu: stadium lanjut

Adaptasi
Kemampuan untuk mengubah dan menyesuaikan keterampilan dalam konteks baru

Mula-mula
Kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang asli atau memodifikasi keterampilan yang ada dengan keterampilan baru




BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Berpikir adalah sebuah tindakan, pekerjaan baik disadari atau tidak. Manusia dapat dikatakan adalah makhluk yang berpikir, karena sepanjang hidupnya dilewati dengan berpikir. Tanpa berpikir manusia akan mati. Begitu juga dengan belajar, belajar membuat manusia menjadi berubah, berubah pengalam, pemikiran, cara pandang maupun tingkah laku.
Berpikir erat kaitannya dengan ingatan, oleh sebab itu ada beberapa fungsi ingatan antara lain: Kekuatan mental, Kemampuan khusus kognitif, Kemampuan eksekutif, Metakognisi.
            Ada beberapa pendekatan dalam berpikir yaitu pendekatan behviour dan pendekatan kognitif. Begitu juga pendekatan dalam belajar ada pendekatan behavior dan pendekatan kognisi. Beberapa dmain dalam belajar antara lain: domain kognitif, domain afektif dan domain psikomotor.

Saran
            Merumuskan konsep berpikir dan belajar bukanlah konsep yang mudah, karena setiap orang pasti berbeda pandangan. Oleh sebab itu kepada para pendidik diharapkan untuk mampu memahami peserta didik dari dua sudut pandang ini berpikir dan belajar, sehingga tidak ada lagi muncul katatidak bisa dalam membentuk peserta didik yang unggul cerdas dan kompetitif.












DAFTAR PUSTAKA
            Brown, Abbie dan Thimothy D. Green, The Essential of Instructional Design, (USA: Pearson, 2011)
            Wahyudin, Din, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001)
            Echol, John M, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997)