BAB
I
PENDAHULUAN
Manusia sebagai
makhluk yang telah diciptakan oleh Allah Swt, dengan sempurna, sebagai khalifah
di muka bumi. Manusia hadir dalam rangka menjadi pembawa kebenaran, oleh sebab
itu dalam melaksanakan dan menjalankan kehidupan manusia tidak akan pernah
terlepas dari yang namanaya berpikir. Berpikir akan membuat manusia semakin
kaya, kaya akan keinginan, kaya akan pengetahuan, maupun kaya akan pengalam.
Namun,
sesungguhnya berpikir saja tidakah cukup, para filosof Yunani terdahulu
mengembangkan pemikiran yang radikal dalam rangka menemukan ilmu pengetahuan,
itlah yang kita kenal dengan filsafat. Berpikir secara langsung akan menuntun
kita untuk belajar, dengan belajar pikiran-pikiran yang ada di dalam otak akan
segera teraktualisasaikan. Oleh sebab itu pada pemabahasan kali ini akan coba
digali bagaimana sebenarnya individu dalam berpikir dan belajar. Konsepnya akan
dikaji melalui sejarah, mulai dari pendekatan filsafat sampai kepada pendekatan
psikologis, sehingga akan lebih memperkaya khasanah keilmuan.
BAB
II
MEMAHAMI
BAGAIMANA INDIVIDU BERPIKIR DAN BELAJAR
Berpikir merupakan
salah satu kelebihan manusia yang diciptakan Allah Swt, dibandingkan dengan
makhluk-makhluk lainnya. Dengan kelebihan tersebut diharapkan Individu mampu
menunjukkan eksistensinya yang mulia di muka bumi ini. Berpikir memang selalu
kita ucapkan, namun hakukat sesungguhnya berpikir itu masih sangat sulit untuk
kita pahami. Bagaiman berpikir itu, Jogh Dewey mengatakan “tidak ada kata-kata
yang sering keluar dari bibir kita selain daripada berpikir dan berpikir. Pendapat
tersebut merupakan pendapat yang sudah lama, namun masih terasa benar jika
digunkan pada zaman sekarang ini. Berpikir sering kita lakukan namun ternyata
sulit untuk mendefinisikannya. Oleh sebab itutujuan dari bab ini untuk memahami
individu berpikir. Berpikir akan mendorong rasa ingin tau yang tinggi dari
individu sehingga mendorongnya untuk kemudian belajar akan ketidaktahuannya.
Pada bab ini akan dibahas mulai dari ingatan dan dasar fungsi ingatan, sejarah
perspektif berpikir, pandangan modern tentang berpikir, kemudian dilanjutkan
dengan Belajar, dan yang terakhir dua pendekatan yang sangat berbeda bagaimana
individu dalam belajar.
A. Hakekat Berpikir
Berfikir mengacu kepada proses yang terselubung (covert process), tidak dapat diaamati
secara langsung. Berfikir merupakan sesuatu yang ditafsirkan oleh ahli
psikologi dari perilaku seseorang, tidak langsung terlihat. Secara umum,
berfikir mengacu kepada kegiatan terselubung yang mencakup manipulasi simbol.
Pada manusia, sebagian besar dari simbol tersebut adalah bahasa dan konsep.
Anda dapat melihat proses berpikir secara langsung pada
saat anda melihat anak-anak bermain, berusaha untuk menyusun beberapa objek.
Pada setiap tahap ia berhenti sejenak, sebelum melanjutkan penyusunan mainan
tersebut. Pada saat itu ia sedang dalam proses berpikir untuk memutuskan apa
yang harus dilakukan pada langkah berikutnya. Setelah berhenti sejenak ia
kembali menyusun lagi dengan mengikuti langkah baru sampai tahap tersebut
selesai. Pada saat istirahat sejenak inilah anak-anak diasumsikan sedang
berpikir.
Seperti perilaku yang tidak terselubung, berfikir
mempunyai rentangan dari yang sangat sederhana sampai yang sangat kompleks.
Pada tingkat yang paling sederhana, berfikir mencakup proses lebih kurang
membuat asosiasi terhadap beberapa kategori konseptual. Jika seseorang
menyebutkan “transportasi”, secara spontan otak kita akan mengasosiasikan
“mobil”, “bus”, “kereta api”, “pesawat terbang”, dan lain-lain. Namun, bila
seseorang bertanya apakah lebih murah biaya dari Chicago ke Los Angeles dengan
pesawat terbang, jawaban anda akan memakan waktu yang lebih lama dan tergantung
kepada berbagai pertimbangan dan perhitungan. Anda akan memperhitungkan biaya
makan kalo pakai kereta api, tiket pesawat, dan tiket kereta dan lain-lain.
Istilah berfikir mengacu keberbagai jenis situasi, mulai
dari memutuskan, menggambarkan, dan merencanakan dan mengorganisir. Namun
demikian, kita dapat menafsirkan bahwa proses berfikir telah terjadi bila kita
telah melihat sebuah hasil, tanpa menghiraukan apakah hasilnya benar atau
salah. Yang pelu kita perhatikan, perubahan dalam tingkah laku yang berkaitan
dengan suatu kondisi tertentu, seperti perintah untuk melakukan sesuatu.
Menurut kaum Fungsionalist
memandang berpikir sebagai suatu proses penguatan hubungan antara stimulus dan
respons. Diantaranya ada yang mengemukakan bahwa berpikir merupakan suatu
kegiatan psikis untuk mencari hubungan antara dua objek atau lebih. Secara
sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara
kognitif. Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi
kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan
dalam long term memory. Jadi, berpikir adalah sebuah representasi simbol dari
beberapa peristiwa atau item (Khodijah, 2006:117). Solso (1998 dalam Khodijah,
2006:117) berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru
dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek
atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan
pemecahan masalah.
Dari pengertian tersebut tampak bahwa ada tiga pandangan
dasar tentang berpikir, yaitu (1) berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara
internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku, (2) berpikir
merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam
sistem kognitif, dan (3) berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang
memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi.
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah
berkembangnya ide dan konsep di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan
konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian
informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa
pengertian-pengertian.
Kita berpikir dalam menghadapi dan memahami berbagai
situasi atau kenyataan agar dapat memutuskan (decide), membayangkan (figure),
menyelesaikan (work), mengatur (organize), merencanakan (plan).
Semua kegiatan tersebut, secara umum, dapat dikatakan sebagai menarik
kesimpulan tentang obyek.
Berpikir juga erat kaitannya dengan kognisi, kognisi juga
erat kaitannya dengan memori, memori disini lebih dari sekedar penyimpanan
pengetahuan secara pasif, memori adalah tempat informasi yang selalu
diasosiasikan dan dihubungkan sebagai tempat penyimpanan informasi. Beberapa
konsep yang pengting dalam kognisi antara lain:
1.
Memori
2.
Kekuatan mental.
3.
Kemampuan khusus
kognitif
4.
Kemampuan eksekutif
5.
Metakognisi
Itulah berbagai fungsi dari ingatan sehingga akan
mempermudah individu dalam hakikatnya sebagai makhluk yang berpikir.
B.
Berpikir dalam Pandangan Modern: Perubahan dari Filsafat
ke Psikologi
Berpikir merupakan sebuah proses yang rumit, namun
manusia secara tuntutan harus selalu berpikir. Mengenai pandangan modern
terhadap berpikir, akan mengarah kepada dua perspektif. Mulai dari perspektif
filsafat yang berasumsi bahwa manusia adalah makhluk berpikir, penuh dengan
keingintahuan, ini dibuktikan dengan para filosof Yunani terdahulu yaitu Plato,
Sokrates, Aristoteles dan sebagainya.adapaun beberapa perspektif utama tentang
berpikir antara lain.
1.
Perspektif Behavior
Behavioristik mulai mendominasi mulai pertengahan pertama
abad ke 20. Penganut behavioristik memandang bahwa manusia adalah seperti kertas
putih. Adapun tokoh-tokohnya adalah Pavlov (1800-1950), Thorndike (1874-1949),
and Watson (1878-1958).
2.
Perspektif Kognitif
Mulai perang dunia II, erspektif psikologis telah
berpindah dari behavioris ke arah bagaimana orang berpikir. Perspektif ini
disebut kognitif. Dengan perspektif ini, proses mental dapat diidentifikasi
dengan belajar. Perspektif kognitif memandang manusia bisa berpikir lebih
komplex jika diibaratkan manusia bisa melebihi sebuah komputer dengan sistem
yang lengkap.Betapa besarnya pengaruh perspektif kognitif. Dasar dari kognitif
ini dibangun oleh kerja para pakarnya seperti Vygotsky (1896-1934), Dewey,
Piaget (1896-1990) dan Brunner (1915).
Meskipun perspektif behavioristik dan kognitif telah
dahulu mendominasi kemudian lahirlah perspektif lainnya yang dipengaruhi oleh
pandangan individu tentang berpikir. Perspektif itu adalah konstruktivisme dan
postmodern.
3.
Belajar
Sama halnya seperti berpikir, belajar merupakan perubahan
yang akan terjadi dalam diri individu. Proses belajar merupakan sebuah proses
jangka panjang yang membentuk pribadi individu tersebut. Belajar dari tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mau menjadi mau
itulah sebenarnya hakikat belajar dari individu. Oleh sebab itu dalam belajar
juga ada dua pedekatan utama dan sangat berbeda antara keduanya jika dilihat
dari kacamata psikologi yaitu perspektif behavior dan perspektif kognitif.
1.
Pendekatan behavior
dalam belajar
Para penganut perspektif behavior mendefenisikan belajar
adalah perubahan tingkah laku juga pengalaman dan bisa diukur (Ormrod, 2009,
Driscoll, 2004, Burton, Moore & Magliaro, 2004. Behavioral memandang bahwa
belajar adalah proses pengubahan tingkah laku melalui belajar pembiasaan,
antara lain pembiasaan klasik dan pembiasaan operan yang dikembangkan oleh
Pavlov.
Pembiasaan klasik merupakan prosedur klasik yang mengacu pada satu set prosedur pelatihan di mana satu rangsangan yang datang untuk menggantikan
yang lain dalam membangkitkan respons. Prosedur ini dikembangkan oleh Pavlov dalam
sebuah laboratorium terhadap anjing yang diikat
dalam kandangnya, kandang tersebut
disediakan lubang kecil untuk mengecek air liur, sehingga dapat dikumpulkan dan
dapat diamati. Eksperimen dilakukan tanpa dilihat oleh hewan dengan membunyikan
garpu tala. Kemudian ditampilkan bubuk makanan kepada binatang itu. Dengan
melihat makanan tersebut, secara otomatis binatang tersebut menanggapinya
dengan air liurnya. Sedangkan suara garpu tala tidak mendapatkan respon oleh
binatang tersebut. Eksperimen ini
dilakukan berulang-ulang, dan dengan adanya makanan tersebut, hewan tersebut
selalu mengeluarkan air liurnya. Kemudian dibunyikan garpu, tanpa disuguhkan
makanan dan anjing tetap mengeluarkan air liur.
Dengan demikian peristiwa yang pada awalnya netral, suara, diperoleh
kapasitas untuk memperoleh tanggapan berdasarkan yang dipasangkan dengan
makanan bubuk. Pavlov menyebutkan makanan sebagai
stimulus yang tak terkondisi (Uncondotional Stimulus) atau UCS, bunyi
garpu sebagai stimulus yang terkondisi (Condotional Stimulus) atau CS.
Respon yang dikeluarkan berupa air liur saat disuguhkan makanan dinamakan
sebagai respon yang tak terkondisi (Unconditional Response) atau CR, dan
respon air liur yang dikeluarkan dengan hanya stimulus bunyi garpu sebagai
respon terkondisi (Conditional Response) atau CR.
Eksperimen lain juga dilakukan dengan menyalakan lampu setiap kali ia
memberikan makanan kepada anjing tersebut. Melihat makanan dan lampu
dinyalakan, anjing tersebut selalu mengeluarkan air liaru dalam pembuluh dan
ini dapat diamati secara langsung. Setelah sering dilakukan dan diulangi,
akhirnya anjing tersebut tetap mengeluarkan air liur ketika lampu dihidupkan,
walaupun tidak disugukan makanan.
Pembiasaan operan, Bentuk pembiasaan kedua yaitu pembiasaan operant atau instrumental
atau disebut dengan pembelajaran instrumental. Bentuk pembiasaan instrumental atau
operant ini berkaitan dengan tingkah laku yang didukung dengan penguatan. Lebih
lanjut menurut Pavlov bahwa organisme relatif pasif. Sehingga eksperimennya
yang bisa memutuskan kapan harus
melaksanakan rangsangan dan menunggu respons dari organisme.
Operant adalah sejumlah perilaku atau
respons yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat. Respons
dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus,
melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer merupakan
stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu,
namun tidak disengaja sebagai pasangan stimulus lainnya seperti classical
conditioning.
Skinner menggunakan seekor tikus yang
ditempatkan dalam sebuah peti yang kemudian terkenal dengan naman Skinner Box.
Peti sangkar ini terdiri atas dua macam komponen pokok, yaitu maniulandum dan
alat pemberi reinforcement yang antara lain berupa wadah makanan. Maniulandum
adalah komponen yang dapat dimanipulasi dan gerakannya berhubungan dengan reinforcement.
Komponen ini terdiri atas tombol, batang teruji, dan pengungkit.
Dalam eksperimen ini mula-mula tikus itu mengeksplorasi peti sangkat dengan cara lari ke sana ke
mari, mencium benda-benda yang ada di sekitarnya, mencakar dinding dan
sebagainya. Aksi-aksi seperti ini disebut emitted behavior atau tingkah
laku yang terpancar, yakni tingkah laku yang terpancar dari organisme tanpa
mempedulikan stimulus tertentu. Kemudian pada gilirannya, secara kebetulan
salah satu emitted behavior (Seperti cakaran kaki depan atau sentuhan
moncong) dapat menekan pengungkit. Tekanan pengungkit ini mengakibatkan
munculnya butir-butir makanan dalam wadahnya. Butir-butir makanan yang muncul
itu merupakan reinforcer bagi penekanan pengungkit. Penekanan pengungkit inilah
disebut tingkah laku operant yang akan terus meningkat apabila diiringi dengan reinforcement,
yakni penguatan berupa butir-butir makanan yang muncul pada wadah makanan.
Perbandingan
klasik dan instrumental (operant) menekankan pada antara kedua format terutama mengenai cara. Hal ini
terlihat pada tabel berikut ini ;
No
|
Perbandingan
|
Pembiasaan
Klasik
|
Pembiasaan
Instrumen
|
1
|
Urutan Merespon Hadiah
|
UCS mendahului respons
|
Respon sebelum hadiah
|
2
|
Peranan Stimulus
|
Respon yang dihasilkan oleh stimulus yang khas
|
Tidak ada stimulus yng khas menghasilkan respons
|
3
|
Ciri-ciri respons
|
Respon dirangsang
|
Respon diungkapkan
|
4
|
Perubahan yang terlihat
|
Keefektifan stimulus netral sebelumnya terhadap pesona respons
|
Perubahan dalam frekwensi, kecepatan dan dorongan respons
|
5
|
Keterlibatan sistem saraf
|
Sering melibatkan sistem saraf otomatis
|
Seirng melibatkan sistem kejiwaan
|
6
|
Yang dipelajari
|
Emosi, seperti rasa takut, sikap dan perasaan
|
Tingkah laku instrumental atau pencapaian tujuan
|
2.
Pendekatan kognitif
dalam belajar
Para penganut aliran kognitif percaya bahwa belajar tidak
pasif namun dipengaruhi oleh peralatan dan kejadian-kejadian dan partisipasi
aktif mereka (Ashcraft, 2002). Setiap individu membutuhkan proses dalam belajar,
mereka aktif memilih, dalam rangka mencapai tujuan mereka (Woolfolk, 2004:236).
Aliran
konstruktivisme merupakan salah satu aliran yang mendukung pendekatan kognitif
tersebut. Menurut Marzano (2000), konstruktivisme merujuk pada prinsip umum
bahwa pembelajar menggunakan prioritas pengetahuan mereka untuk mengisi sebuah
makna kepribadian dengan fokus pada pembelajaran.
4.
Aspek-aspek Pembelajaran
Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam proses
pembelajaran, antara lain aspek kognitf, aspek afektif dan aspek psikomotorik.
Dalam taksonomi Bloom ketiga aspek tersebut disebut dengan domain.
1.
Domain Kognitif
Pada domain ini Bloom menggambarkan ada enam level yang
menjadi fokusnya antara lain: pengetahuan, komprehensif, aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi.
Domain kognitif Bloom, Engelhart, Frost, Hill, and
Krathwohl’s (1956)
|
||
|
Term
|
Defenisi
|
Evaluasi
|
Kemampuan untuk menilai dari
tujuan tertentu
|
|
Sintesis
|
Kemampuan untuk menciptakan
yang baru dari berbagai referensi
|
|
Analisis
|
Kemampuan untuk memecah bahan
ke berbagai kom[onen dalam rangka untuk memahami struktur organisasi
|
|
Pemahaman
|
Pemahaman terhadap materi
baru
|
|
Pengetahuan
|
Mengingat mataeri yang telah
dipelajari sebelumnya
|
2.
Domain Afektif
Domain ini
berkaitan dengan respon emosional, dan levelnya adalah: penerimaan, respon, penilaian, pengorganisasian, dan penilaian karakter.
Domain Afektif Krathwol, Bloom, dan Masia (1964)
|
||
|
Term
|
Defenisi
|
Nilai-nilai karakter
|
Bertindak secara terbuka
dan konsisten dengan nilai baru, internalisasi nilai baru
|
|
Pengorganisasian
|
Mengintegrasikan nilai baru
ke dalam satu set umum nilai-nilai, memberikan nilai beberapa rangking
antara prioritas umum individu.
|
|
Penilaian
|
Menunjukkan beberapa
keterlibatan eksplisit atau komitmen,
menunjukkan minat atau motivasi
|
|
Tanggapan
|
Berprestasi aktif menunjukkan
perilaku baru yang dihasilkan oleh pengalaman
|
|
|
Penerimaan
|
Memperhatikan lingkungan
|
3.
Domain psikomotor
Domain ini berkaitan dengan fisik, bakat dan keahlian.
Domain Psikomotor Simson (1972)
|
|
persepsi
|
Kemampuan
untuk mengenali
isyarat-isyarat sensoris untuk memandu aktivitas fisik untuk bertindak
|
Set
|
Kemampuan
untuk menunjukkan
pengetahuan dan penghargaan dari perilaku yang
dibutuhkan untuk melakukan keterampilan
|
Respon kendali
|
Kemampuan
untuk untuk menampilkan keterampilan yang kompleks:
tahap awal
|
Mekanisme
|
Kemampuan
untuk melakukan
keterampilan yang kompleks: skill
menengah
|
Respon kompleks terbuka
|
Kemampuan
untuk melakukan
keterampilan yang kompleks dengan
benar dan tanpa ragu-ragu: stadium
lanjut
|
Adaptasi
|
Kemampuan
untuk mengubah
dan menyesuaikan keterampilan dalam konteks baru
|
Mula-mula
|
Kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang asli atau memodifikasi
keterampilan yang ada dengan keterampilan baru
|
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berpikir adalah
sebuah tindakan, pekerjaan baik disadari atau tidak. Manusia dapat dikatakan
adalah makhluk yang berpikir, karena sepanjang hidupnya dilewati dengan
berpikir. Tanpa berpikir manusia akan mati. Begitu juga dengan belajar, belajar
membuat manusia menjadi berubah, berubah pengalam, pemikiran, cara pandang
maupun tingkah laku.
Berpikir erat kaitannya dengan ingatan, oleh sebab
itu ada beberapa fungsi ingatan antara lain: Kekuatan mental, Kemampuan khusus kognitif, Kemampuan eksekutif,
Metakognisi.
Ada
beberapa pendekatan dalam berpikir yaitu pendekatan behviour dan pendekatan
kognitif. Begitu juga pendekatan dalam belajar ada pendekatan behavior dan
pendekatan kognisi. Beberapa dmain dalam belajar antara lain: domain kognitif,
domain afektif dan domain psikomotor.
Saran
Merumuskan konsep berpikir dan belajar bukanlah konsep yang mudah, karena
setiap orang pasti berbeda pandangan. Oleh sebab itu kepada para pendidik
diharapkan untuk mampu memahami peserta didik dari dua sudut pandang ini
berpikir dan belajar, sehingga tidak ada lagi muncul katatidak bisa dalam membentuk
peserta didik yang unggul cerdas dan kompetitif.
DAFTAR
PUSTAKA
Brown, Abbie dan
Thimothy D. Green, The Essential of Instructional Design, (USA: Pearson, 2011)
Wahyudin,
Din, Pengantar
Pendidikan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001)
Echol,
John M, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997)
No comments:
Post a Comment