IBU
PERTIWI MENANGIS KARENA KETIDAK PEDULIAN ANAK PERTIWI NYA.
Menyelami
makna hidup yang lebih dalam tentu lah harus menyelam lebih dalam tak hanya
kedalam hati sendiri, tetapi juga hati orang banyak. Tentu tak mudah menyelami
dan meresapi hati orang lain terkadang menyelami hati sendiri pun diri ini tak
mampu.
Ketika berjalan janganlah sekedar
berjalan, berjalan lah dengan memperhatikan sekitar kita, terkadang tanpa kita
sadari saking asyiknya kita berjalan untuk menggapai tujuan, mungkin ada
sesuatu yang terinjak oleh kaki kita
yang besar, bisa jadi yang terinjak itu merasa terzholimi, maka bisa dipastikan
doanya akan makbul.
Hukum alam tak pernah salah dalam
menuntun manusia, manusia dari kandungan lahir, terus anak – anak, remaja dan
dewasa dst, begitulah law of natural
bagi manusia tak ada yang dapat
merubahnya.
Menjadi
seorang yang besar harus bealajar dari yang kecil dulu, tak ada orang yang
lahir langsung dewasa, tak ada orang
yang langsung lahir bisa bicara pasti menangis dulu berharap ibu mengerti
maksud dan tujuan kita menangis.
Oleh
sebab itu ketika kita dewasa diharapkan kita bisa dewasa dalam segala hal,
bijaksana dalam menentukan sesuatu.
Salah
satu orang yang dewasa itu adalah pemimpin, karena memang sudah cukup dewasa lah makanya bisa menjadi pemimpin, tak
peduli seberapa besar tingkat kedewasaan itu, karena dalam psychologi tak bisa
hal itu diukur dengan angka.
Kita
mulai dari memimpin diri sendiri saja, tak ada orang yang dengan sengaja ingin
menjerumuskan dirinya sendiri, keluarga, tak ada wanita yang mau menikah dengan
lelaki yang umurnya masih anak – anak. Apalagi lah pemimpin yang besar,
pemimpin apapun itu, yang penting tak lagi hanya sekedar mampu memimpin diri
sendiri dan keluarga sudah mampu memimpin orang banyak.
Seharusnya
pemimpin yang besar itu mampu untuk mendewasakan pemikiran dengan belajar dari
pengalaman ia kecil dulu. Ketika sekarang menjadi pemimpin janganlah hanya
berpikir untuk diri sendiri, dewasa kah
anda ketika anda kekenyangan tetpia saudara kita yang lain masih ada yang
kelaparan? dewasa kah kita ketika kita tenang beribadah tetapi saudara kita
yang lain kesusahan menghadapi hidup? Dewasa kah kita ketika kita asyik tertawa
sementara saudara kita diluar sana masih banyak yang menangis hatinya sampai –
sampai tak mampu lagi ia mengeuarkan air matanya karena telah kering meratapin
kesusahan.
Kita
beranjak pada satu hal saja fakta yang membias di depan mata namun kita biasa
saja dan pura – pura tak peduli atau memang tak mau tau. Cobalah lihat siapa
lah mayoritas penghuni dan pemilik bisnis besar di kota- kota besar Indonesia ini,
siapa yang memegang peran ekonomi besar
ditengah kota Indonesia ini, coba lah tebak dan pikir dulu bentar ya?
......
Mereka
menguasai kita dari simpul perdagangan itu, mereka mulai merambah ke sektor
lainnya di bumi pertiwi ini, masihkah kita berdiam diri untuk hal ini, mereka
tak kenal ampun dan mereka tak akan pernah menyerahkan apa yang telah mereka
dapat dari kita. Marilah kita tersadar untuk itu, karena memang sekarang belum
terasa besar dampaknya buat kita, namun untuk keturunan kita yang akan
merasakan akibat ketidak pedulian nenek moyangnya yang sekarang.
Oleh
sebab itu mulai sekarang cobalah untuk peduli sedikit saja, jika setiap orang Indonesia
paduli sedikit saja, pasti makin bayak rasa pedulinya lo? Mungkin ibu pertiwi ini tidak akan menangis dan akan
senang jika yang menginjaknya adalah anak pertiwinya sendiri, namun ia akan
menangis jika yang memijaknya adalah bukan anak kandungnya sendiri yaitu bangsa
Indonesia.
Kita
bangsa Indonesia harus menjadi raja bagi negara kita ini, raja dalam segala
hal, raja dalam keilmuan, perdagangan, kepemimpinan sosial maupun politik,
ketika dahulu bangsa – bangsa lain yang terjajah oleh bangsa lain terpaksa
menggunakan bahasa bangsa jajahan itu, kita harus bangga bahwa kita masih bisa
mempertahankan bahasa kita sendiri yaitu bahasa Indonesia.
Mari
buat ibu pertiwi kembali tersenyum, ia akan terus menangis jika kita anak
pertiwinya tak menjadi apa – apa di bumi pertiwinya sendiri. Semangat!!!!!!
mulailah berkarya buat diri sendiri dan orang banyak.
Mari
bangun kembali semagat kita, belajar lah dari rasulullah SAW. Belajarlah dari
kehidupannya, ketika Alquran itu adalah Blue
Print nya tingkah laku, maka
Rasulullah adalah aksi fakta sosialnya yang perlu ditiru.
Salam
semagat dari RAP Foundation!!!!!!!
No comments:
Post a Comment